Banner

Banner

6.3.11

Ibu itu Wanita Perkasa

Dari sebuah kisah tentang seorang wanita, berawal pada tahun 1994 sebuah keluarga kecil yang kini menjadi sebuah keluarga berkecukupan.
Sebuah keluarga yang bermula dari sepasang suami istri yang hidup tanpa apa-apa, hingga akhirnya sang suami pun mendapatkan pekerjaan yang mapan yaitu  menjadi PNS yang bertugas sebagai seorang mantri.
Waktu demi waktu yang dilalui kebahagian pun selalu menghampiri sepasang suami-istri tesebut, dengan limpahan rejeki hingga mereka pun menjadi keluarga yang cukup disegani oleh masyarakat sekitar dengan memiliki beberapa mobil dan sebuah rumah bertingkat.
Kemudian merekapun dikaruniai 4 orang anak, 2 perempuan dan 2 laki-laki, beberapa tahun keluarga ini tampak harmonis karena hidup dengan ketercukupan dan keceriaan anak-anak yang selalu menghiburnya. 
Namun keceriaan itu semua tidak berlangsung lama, setelah 15 tahun keluarga ini berjalan sebuah jurang pun menghadangnya, ketika nafsu membutakan segalanya, sang suami pun bermain dengan wanita lain ketika sang istri sibuk mengurusi anak-anaknya yang masih membutuhkan perhatian orang tuanya.
Perseturuan antara pasangan ini pun terjadi, tidak ada yang mau mengalah satu sama lain, keteguhan sang istri yang memperjuangkan keutuhan keluarga demi kebahagiaan anaknya pun, di tolak mentah-mentah oleh sang suami.
Hingga perceraian pun terjadi, berkurang sudah kebahagian keluarga ini tanpa seorang ayah. Namun tidak hanya cuma itu saja, perceraian itu pun telah menghancurkan segalanya perebutahan harga gono-gini pun menjadi sebuah perseteruan yang menegangkan di antara mantan pasangan ini, perbutan sebuah rumah dan mobil pun terus di perjuangkan wanita ini.
Dengan kesombongan dan ketertutupan hatinya karena napsu pun membuat lelaki ini kehilangan segalanya, kecerdikan wanita itu pun membuahkan hasil, dimana semua harta menjadi hak miliknya. Mulai dari rumah, mobil bahkan 4/3 dari gaji bulanan berhasil wanita itu dapatkan.Kini hidup lelaki itu pun hanya berdua dengan wanita selingkuhannya dulu.
Kemewahan dan tercukupan yang dia miliki pun kini telah sirna, jabatanya sebagai kepala pusat Puskesmas pun hilang setelah dia hanya di mutasi di sebuah plosok kecamatan.
Namun meski wanita ini berhasil memiliki semuanya lantas bukan berarti wanita ini hidup dengan ketercukupan hidup dengan uang 1,5 juta/bulan, di masa ini tiada artiya demi menbahagiakan anak-anaknya beliau rela hidup dengan sangat kesederhanaan, beliau harus memutar otak, berkorban jiwa dan hati ketika anak-anaknya membutuhkan uang untuk biaya sekolah.
Maka tidak heran jika beliau harus meminjam uang kesana kemarin demi anaknya, setelah semua anaknya lulus dari SMA, wanita ini pun punya mimpi untuk mengkuliahkan anak-anaknya dan kini pun 3 dari 4 anaknya pun berada di bangku perguruan tinggi, anak pertamanya sudah lulus dengan hasil IPK yang sangat istimewa dan kini telah menikah. 
Sayang sungguh sayang anaknya pun hanya hidup dengan kesederhanaan meski telah bekerja, namun  hasilnya kurang sepadan dengan kerjanya.
Dan kini tinggal 2 anak yang masih di bangku perguruan tinggi, dan satu anaknya yang merantau ke ibukota dengan kemandiriannya dia bisa hidup ketercukupan disana.
Di masa tuanya wanita ini masih harus memikir kehidupan anak-anaknya sendirian, karena ayahnya sudah tidak pernah memikirkannya, maka tidak heranlah kau kini sang anakpun telah lupa dengan ayahya.
Namun dengan itu semua sang ibu pun selalu tegar dan perkasa menghadapi semuanya ini, beliau pun selalu memberi semangat untuk anak-anaknya...
Ini adalah salah satu kisah tentang seorang Ibu, tentunya masih banyak Ibu-ibu lain yang tidak kalah perkasanya.

Dan tahukan kamu ibu itu adalah seorang yang rela mengorbankan jiwa dan raga nya demi, 1 kebahagian untuk anaknya, tanpa pamrih, tanpa mengeluh, selalu memberi dorongan untuk anaknya dengan kasih sayang yang tak terhingga yang akan terus abadi kepada anaknya dengan keikhlasan sepenuh hati yang tidak dapat dibalas dengan apapun kecuali hanya dengan melihat anaknya bahagia.

Dan kini pernahkah kamu berfikir untuk membahagiakan ibumu, pernah kamu berfikir untuk membalas budinya, pernah kau kau menghitung berapa waktu, tenaga dan pikirannya yag harus terkuras untuk mu?

Mulai sekarang cobalah kau pahami ibumu, berfikirlah untuk meringankan bebannya, berfikirlah untuk membahagiakannya. 
Karena hanya kamu-kamulah yang bisa membuat ibumu tersenyum bahagia dengan prestasi mu.


No comments:

Post a Comment

Please Your Speaking